Seperti Biasa
Seperti biasa, aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan. Tak layak rasanya aku …
Seperti biasa, aku hanya bisa memandangmu dari kejauhan. Tak layak rasanya aku …
melambai menusuk pandang ilalang berbelalang terpancang di atas karang membentang ge…
MEMORI 27 MEI 2006 Apa yang kau rasa saat ini Setelah kau lahir kembali Usai terbun…
Hai para veteran! Kalian tlah menjadikan negeri ini bebas dari iblis-iblis penjajah. K…
Tengah malam kududuk di depan pintu Yang menjadi saksi bisu kisah hidupku di Tangerang…
Untuk postingku yang ke-51 ini atau sebenarnya jika diurutkan dari tulisan-tulisan di b…
Masih pantaskah kumenunggu Satu keajaiban menghampiriku Lepaskanku dari belenggu Yan…
Maafkan kutak mampu Menepis segala egoku Kutlah membuatmu menangis Kutlah membuatmu …
Kembali kumerasa resah Saat ruang gelap tak dapat kuarungi Ketika cahaya terang tak l…
Lihat! Lihatlah semua padaku! Lihatlah jasadku! Kalian pasti anggap aku masih hidup T…
Masih kumeratapi takdirku Takdir kelam, suram Kadang ingin kupecahkan saja kepala ini…
Situasi ini membuka kembali ingatan tentang aroma klasik ketika kita masih teriring sej…
Mencoba memaknai arti hadirmu yang kian membuatku meradang Kau memberiku secerca mimpi…
Tertatih aku mengejar anganmu yang kian meninggi Jalan yang kutempuh terlampau gelap d…
Teruntukmu yang terkasih, Tak layak aku berpikir terlampau jauh tentangmu Semua masih…
Tak perlu kau hentikan langkah dan berpaling padaku Jalanmu tak harus terhenti Aku ta…
Satu Senyum Terakhir Di hening senja itu Ketika temaram pijar lampu menerkam seleng…
BIARKAN AKU DALAM KEDIAMAN INI semua inginku kini tak harap kuraih aku hanya tengah…
Biarkan aku tetap berdiri di atas pemahamanku sendiri Lepaskan aku hingga terhempas be…
Ajari aku tuk membencimu, selayak api yang melahap ganas rerumputan kering bukit tempat…