Hai hatiku, apakah kau sudah lelah?
Oh tuanku, aku memang begitu lelah
Tapi mengapa kau masih saja menemaniku?
Tuanku, keberadaanku hanyalah untukmu
Aku merasa begitu bersalah kepadamu
Tidak, jangan bicara demikian. Tidak salahlah tuan.
Bantu aku hatiku! Mengapa hidupku kelam?
Cobalah bertanya pada Tuhan, tuan!
Sudah, berulang kali aku bertanya padanya. Tapi tak pernah dijawabnya.
Barangkali ia lagi sibuk, mengawasi geliat penguasa-penguasa negeri ini.
Yang tampak semakin rakus saja.
Atau ia sedang menertawakan orang-orang yang menaikkan tarif tol dan harga sembako itu.
Terus kapan ia menjawab pertanyaanku?
Mungkin kalau negeri ini bebas dari penguasa yang rakus.
Hahaha... Mana mungkin itu terjadi?
Bukannya itu sudah tradisi?
Berarti pertanyaanku tak terjawab dong?
Tenang tuan, tunggu saja kemurahan Tuhan!
Baik, aku kan menunggu. Terima kasih hatiku.
Sama-sama tuan.
Tangerang, 07 September 2007
Oh tuanku, aku memang begitu lelah
Tapi mengapa kau masih saja menemaniku?
Tuanku, keberadaanku hanyalah untukmu
Aku merasa begitu bersalah kepadamu
Tidak, jangan bicara demikian. Tidak salahlah tuan.
Bantu aku hatiku! Mengapa hidupku kelam?
Cobalah bertanya pada Tuhan, tuan!
Sudah, berulang kali aku bertanya padanya. Tapi tak pernah dijawabnya.
Barangkali ia lagi sibuk, mengawasi geliat penguasa-penguasa negeri ini.
Yang tampak semakin rakus saja.
Atau ia sedang menertawakan orang-orang yang menaikkan tarif tol dan harga sembako itu.
Terus kapan ia menjawab pertanyaanku?
Mungkin kalau negeri ini bebas dari penguasa yang rakus.
Hahaha... Mana mungkin itu terjadi?
Bukannya itu sudah tradisi?
Berarti pertanyaanku tak terjawab dong?
Tenang tuan, tunggu saja kemurahan Tuhan!
Baik, aku kan menunggu. Terima kasih hatiku.
Sama-sama tuan.
Tangerang, 07 September 2007