Seperti biasa, di penghujung tahun wajah senja berubah murung.
Tak lagi manja, seperti biasa.
Sayang, bukankah dulu kita pernah saling bicara
untuk saling menguatkan satu sama lain, tetap saja kian lama kian dingin.
Kau seringkali bercerita, tentang kesedihan maupun keceriaan.
Tentang beberapa nama yang akupun belum tahu seperti apa sebenarnya.
(Sedangkan aku yang lebih sering berbicara dengan alam tentu saja kegirangan)
Sementara wajah bebukitan mulai muram dan berubah seram.
Semuram hati yang ditinggal pergi, barangkali.
Ada yang datang ada yang pergi, ada pertemuan pasti ada perpisahan.
Entah kapan itu, aku tak pernah tahu.
Tapi aku yakin semua pasti terjadi.
Ada semilir duka ada semburat luka.
Tapi telah kusiapkan jauh-jauh hari.
Meskipun aku tahu tak mungkin semudah itu.
Aroma senja di penghujung tahun yang gila.
Tahukah kamu sayang, ini penghujung tahun yang gila.
Semuanya mengalir begitu cepat, atau aku saja yang berjalan lambat?
Sebenarnya aku tak mau menerka-nerka.
Tapi pengalaman selalu mengatakan hal yang sama, gila!
Senja di penghujung tahun yang gila.
Sayang, apa kau merasakan hal yang sama?
Melakukan hal-hal yang gila, berharap berujung bahagia?
Semoga saja, memang bahagia akhirnya.
Selamat senja kamu, yang perlahan meracuni hatiku ({})
Klaten, 30 Desember 2014