Premium By Mantap With PBN
Premium By Mantap With PBN

Klise Keinginan


Angkot biru berpenumpang 5 orang itu berhenti tepat di depan 2 manusia ini, saat salah satu dari mereka memberikan tanda bahwa  mereka berdua akan memakai jasanya. Sebut saja dua manusia itu aku dan Dana. Kita duduk di pojok belakang berderetan, tak sadar dalam candaan kita ada seorang lelaki paruh baya sedang memandang tajam sosokku. Melihat gelagatnya membuat risih mata Dana, akhirnya lelaki itu ditegurnya.

“Pak, jangan lihatin dia terus, lihat saya saja.” Tegur Dana pada lelaki paruh baya itu, aku hanya bisa tersenyum malu pada lelaki itu dan memberi tanda gerakan lengan pada Dana bahwa ucapannya sungguh membuatku malu, tak lama kemudian lelaki itu menyuruh supir angkot menghentikan mobilnya lalu ia turun. 

“Kamu kenapa si?” Ucapku santai.

“Aku ngga mau aja dia sampai begitu banget ngelihatin kamu.” Jawab Dana.

“Begitu gimana?” tegasku.

“Lha itu tadi, kaya baru pernah lihat wanita saja.”

“Bisa jadi beliau sedang ingat dengan putrinya, jangan berpikiran negatif dulu.” 

“Dia lelaki tua sembarangan.” Nada Suara Dana mulai meninggi.

“Dari mana kau tau dia lelaki tua sembarangan?”

“Dari cara dia memandangmu?”

“Lalu kenapa bukan kau saja yang memandangku?” Ucapku menghentikan tema percakapan. Suasana menjadi 
hening, Dana tak lagi menjawab, aku hanya tersenyum-senyum sendiri melihat kebisuan Dana.

Tak lama kemudian laju angkot mulai melemah, aku dan Dana siap-siap turun dari angkot saat setelah Dana meminta supir menghentikan lajunya. Kita masih sibuk dengan kebisuan masing- masing, langkah kita dalam satu arah jalan namun berlawan tujuan.

Kakiku sudah tidak seimbang dan berjejer dengan Dana lagi, lalu aku mulai mengakhiri kebisuan itu dengan berucap, “Dadah, Dana.” Dana melambaikan tangan dan kembali berpijak, aku berjalan ke arah kanan dan Dana berjalan ke arah kiri, kita saling membelakangi, dan di saat 8 langkah mulai aku tepaki dari arah berlawanan Dana memangilku lalu berteriak, “Aku tidak berani memandangmu karena aku takut jatuh cinta padamu.” Aku berhenti, menengok Dana yang sedang berdiri tegak memandangku, tanpa gerogi aku lagsung membungkukkan badanku sebagai tanda terimakasih lalu tersenyum walau kemungkinan tidak terihat olehnya karena jarak sudah sedikit jauh.

Dana kembali berjalan dengan membalikkkan badan saat ucapannya sudah aku berikan tanda terimakasih, namun badanku tidak kian membalik, aku berjalan mundur walau sebenarnya maju untuk tujuanku sampai ke rumah, aku masih melihat volume langkah Dana.

Saat langkah kian menjauh, dari sosok yang masih terlihat, aku berbicara dalam hati, “Jika memang ia takut mencintaiku, ia tidak akan menoleh kebelakang untuk sekedar melihatku kembali.” Langkah kakiku mulai melemah melihat sosok Dana yang makin menjauh, tak lama kemudian Dana berbalik badan, dan ia mengetahui aku sedang berjalan mundur melihatnya, ia melambaikan tangan tanda kita semakin jauh lalu ia berbalik badan kembali begitu juga denganku.

Senyum asmara mulai mendarat dibibirku, lalu hati berkata, “Sesampainya di rumah akan kunikmati kembali film AADC yang mempelajariku akan tingkah asmara ini. Mungkin ia tidak takut mencintaiku, namun ia takut jika persahabatan kita berakhir pada perpisahan rasa.”

Depok, 22 April 2013

Karya: Icha Sasyanomoto

Sajakrerindu

"Aku tak sanggup berkawan dengan kemapanan yang semu"

2 Komentar

* Silakan berkomentar dengan sopan sesuai artikel di atas
* Gunakan Bahasa Indonesia agar mudah dipahami
* Komentar dengan Link (hidup/mati) atau promosi apapun tidak akan dipublish kecuali yang berhubungan dengan amal dan usaha nirlaba

  1. Hai Kang Sajak, masih kenal akukah? @Icha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih dong. Gimana kabarmu Cha? Sekarang dimana? Maaf baru kebaca komentarnya. Sudah lama ga aktif di blog.

      Hapus
Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak